Ngabrets Gaming – Pro Player MPL bongkar chat toxic tim lawan dalam pertandingan panas yang langsung menyita perhatian komunitas Mobile Legends. Momen yang awalnya hanya terekam dalam live stream tersebut kini viral di berbagai platform media sosial, dari TikTok hingga Twitter. Kejadian ini bukan hanya sekadar drama eSports, tapi menyentuh isu penting tentang sportivitas dalam dunia kompetisi profesional.
Dalam turnamen seperti MPL (Mobile Legends: Bang Bang Professional League), setiap pemain terikat oleh aturan, etika, dan ekspektasi tinggi. Namun, siapa sangka, di balik pertandingan penuh strategi, tersimpan sisi gelap berupa komunikasi kasar antar pemain yang akhirnya terungkap ke publik.
Insiden bermula saat salah satu pro player sedang melakukan live streaming POV (point of view) miliknya, bersamaan dengan pertandingan resmi MPL. Tanpa disengaja—atau mungkin sengaja sebagai bentuk unjuk bukti—kamera menangkap isi chat tim lawan yang berisi kalimat provokatif dan tidak pantas.
Dalam rekaman tersebut, beberapa pemain dari tim lawan terlihat menggunakan kata-kata kasar dan sindiran tajam yang tidak sesuai dengan semangat kompetisi sehat. Video ini kemudian menyebar cepat dan menjadi viral dalam hitungan jam, memicu reaksi beragam dari penggemar dan komunitas gaming.
Video pro player MPL bongkar chat toxic tim lawan menuai reaksi beragam. Ada yang mengapresiasi keberanian sang pemain dalam membongkar sisi kelam kompetisi, karena dianggap membuka fakta yang selama ini hanya jadi “rahasia umum”. Namun, tidak sedikit pula yang menganggap langkah tersebut sebagai tindakan tidak profesional karena membuka aib di ruang publik.
Komentar netizen pun membanjiri kolom postingan video viral tersebut. Banyak yang menyayangkan bahwa di level kompetisi tertinggi seperti MPL, etika komunikasi masih menjadi masalah. Padahal, para pemain di panggung tersebut menjadi panutan ribuan bahkan jutaan pemain muda Mobile Legends di Asia Tenggara.
Melihat besarnya perhatian publik terhadap kejadian ini, pihak Moonton selaku penyelenggara MPL pun tidak tinggal diam. Dalam pernyataan resminya di media sosial, mereka menegaskan bahwa setiap bentuk perilaku tidak sportif, termasuk penggunaan chat toxic, akan dikenai sanksi sesuai regulasi liga.
“Kami menjunjung tinggi nilai-nilai sportivitas dan profesionalisme. Investigasi telah dimulai dan tindakan tegas akan diambil terhadap pihak yang terbukti melanggar aturan,” tulis Moonton dalam unggahan mereka.
Moonton juga mengimbau seluruh pemain untuk menjaga komunikasi yang sehat dan profesional, tidak hanya selama pertandingan, tetapi juga dalam sesi latihan dan interaksi publik.
Meski baru kali ini viral secara masif, kenyataannya praktik chat toxic di kalangan pemain profesional bukanlah hal baru. Beberapa mantan pemain MPL bahkan menyatakan bahwa tekanan tinggi dalam pertandingan sering memicu emosi yang tidak terkendali. Namun, membiarkan hal ini terus terjadi hanya akan memperburuk citra eSports ke depannya.
Dalam dunia profesional, komunikasi seharusnya menjadi alat untuk menyusun strategi, bukan untuk menyerang psikologis lawan. Jika dibiarkan, bukan hanya performa yang terdampak, tapi juga kepercayaan sponsor, reputasi tim, dan pengalaman penonton secara keseluruhan.
baca juga : “Parfum Eksklusif dari S.T. Dupont Saat Aroma Menjadi Gaya Hidup“
Menariknya, beberapa pemain aktif MPL turut angkat bicara. Ada yang secara terbuka menyayangkan tindakan membuka isi chat ke publik karena dianggap menyalahi kode etik internal antar tim. Namun, ada pula yang justru menilai langkah ini sebagai bentuk keberanian untuk melawan budaya toxic yang selama ini ditoleransi diam-diam.
Seorang mantan kapten tim MPL menyebut bahwa tindakan expose ini bisa menjadi momentum perubahan. Ia mendorong Moonton untuk membuat sistem pelaporan internal yang lebih transparan, sehingga pemain tidak perlu membongkar masalah ke ruang publik untuk mendapatkan perhatian.
Tak bisa dimungkiri, kekuatan media sosial berperan besar dalam membesarkan dampak insiden ini. Cuplikan video singkat berdurasi kurang dari 30 detik mampu menyulut diskusi panjang, bahkan di luar komunitas MLBB. Beberapa kreator konten YouTube dan TikTok dengan jutaan pengikut langsung membuat ulasan dan analisis dari berbagai sisi: etika, psikologi pemain, hingga aturan MPL.
Tagar seperti #MPLDrama, #ToxicChat, dan #FairPlayMLBB sempat trending di beberapa negara Asia Tenggara. Bahkan, beberapa media berita teknologi ikut meliput dan menjadikannya headline.
Insiden pro player MPL bongkar chat toxic tim lawan bukan hanya drama sesaat. Ini adalah refleksi dari persoalan lebih besar yang selama ini belum benar-benar ditangani secara serius: pentingnya edukasi karakter dalam eSports.
Sebagai atlet digital, pro player tidak hanya dituntut jago main, tapi juga cerdas bersikap. Mereka punya tanggung jawab moral karena menjadi figur publik yang diikuti dan ditiru. Maka dari itu, menjaga komunikasi, emosi, dan etika adalah bagian dari profesionalisme sejati.
Hingga kini, Moonton masih melakukan investigasi. Jika ditemukan pelanggaran berat, baik dari pemain yang mengirim chat toxic maupun dari pemain yang membocorkannya tanpa izin, maka sanksi seperti penalti poin, skorsing sementara, hingga denda finansial bisa dijatuhkan.
Langkah ini dianggap penting bukan untuk menghukum, tetapi untuk memberi efek jera dan menjaga kredibilitas liga.
Banyak pengamat berharap agar kejadian ini menjadi awal dari reformasi kecil dalam dunia eSports. MPL dan Moonton diharapkan mulai mengembangkan program pelatihan mental bagi para pemain, termasuk manajemen emosi, komunikasi positif, dan pengendalian diri dalam tekanan tinggi.
Beberapa tim eSports luar negeri bahkan telah menggandeng psikolog profesional untuk mendampingi pemain selama musim berjalan. Indonesia pun seharusnya mulai mempertimbangkan pendekatan serupa untuk menjaga kualitas pemain, baik dari sisi performa maupun kepribadian.
Kejadian pro player MPL bongkar chat toxic tim lawan menunjukkan bahwa dunia eSports masih memiliki banyak tantangan, bukan hanya soal teknik bermain, tapi juga soal sikap dan etika. Komunitas harus terus mengingatkan bahwa profesionalisme tidak berhenti di layar permainan, tetapi juga terlihat dalam cara pemain bersikap, berkomunikasi, dan berinteraksi dengan lawan.
Dengan perhatian yang besar dari publik, ini saatnya MPL menjadi lebih baik: lebih profesional, lebih sehat, dan lebih mendidik. Jika tidak sekarang, kapan lagi?