
Ngabrets Gaming – Dalam dunia hiburan modern, satu judul yang sama sering kali digunakan untuk karya yang sangat berbeda. Salah satu contohnya adalah Misery, sebuah nama yang merujuk pada dua media berbeda: film/novel horor psikologis karya Stephen King dan sebuah game survival horror kooperatif di platform PC. Walaupun memiliki nama yang sama, kedua karya ini menyajikan nuansa, pendekatan, dan pengalaman horor yang tidak serupa.
Film Misery berasal dari novel karya penulis horor legendaris Stephen King yang dirilis pada tahun 1987. Novel ini kemudian diadaptasi ke layar lebar pada tahun 1990 dan disutradarai oleh Rob Reiner, dengan aktor James Caan sebagai Paul Sheldon dan Kathy Bates sebagai Annie Wilkes. Peran Annie Wilkes bahkan mengantarkan Kathy Bates pada penghargaan Academy Award (Oscar) untuk Aktris Terbaik.
Cerita pada versi film/novel mengambil pendekatan psikologis dan bertumpu pada ketegangan antara dua karakter utama. Paul Sheldon, seorang novelis terkenal, mengalami kecelakaan mobil dalam kondisi badai salju dan diselamatkan oleh seorang wanita yang mengaku sebagai penggemar nomor satunya: Annie Wilkes. Namun, penyelamatan tersebut berubah menjadi situasi penyanderaan brutal ketika Annie mengetahui bahwa Paul telah membunuh karakter fiksi favoritnya dalam novel terbaru.
Ketegangan dalam cerita ini tidak datang dari makhluk gaib atau monster. Justru, teror muncul melalui obsesi, manipulasi emosional, dan kekejaman yang dilakukan oleh manusia itu sendiri. Alur cerita berkembang melalui dinamika psikologis, tekanan mental, dan upaya Paul untuk bertahan hidup serta menyusun strategi untuk melarikan diri dari rumah yang menjadi tempat penahanannya.
Daya tarik utama film dan novel ini terletak pada karakter Annie Wilkes. Ia digambarkan sebagai seseorang yang tampak baik, penyayang, dan lembut pada awalnya. Namun lambat laun, sifat obsesif dan kekerasan yang ia sembunyikan mulai terungkap. Ia tidak segan-segan menyiksa Paul secara fisik dan psikologis agar ia menulis ulang cerita sesuai keinginannya.
Tema dominan dalam karya ini adalah:
Film/novel ini menunjukkan bagaimana hubungan yang tampaknya penuh kekaguman dapat berubah menjadi ancaman nyata ketika batas kewarasan dilampaui.
Di sisi lain, terdapat sebuah game dengan judul yang sama yang memiliki pendekatan dan genre yang benar-benar berbeda. Game ini merupakan permainan survival horror kooperatif yang dapat dimainkan oleh satu hingga lima pemain. Alih-alih berfokus pada ketegangan psikologis dan dialog antar karakter, game ini membawa pemain ke dalam dunia berbahaya pasca-bencana.
Dalam game tersebut, latar berada di sebuah zona yang telah mengalami bencana nuklir, meninggalkan lingkungan yang keras dan tidak bersahabat. Pemain harus berjuang untuk bertahan hidup dengan mengumpulkan berbagai sumber daya, membangun markas, serta mempertahankan diri dari ancaman seperti monster mutan dan kelompok bandit. Lingkungan dalam game dirancang secara prosedural, artinya setiap sesi permainan dapat memberikan pengalaman yang berbeda.
Salah satu konsep utama dalam game ini adalah kerja sama. Pemain perlu berkoordinasi untuk berbagi tugas seperti mencari makanan, membangun pertahanan, melawan musuh, hingga memutuskan strategi ketika menghadapi situasi berbahaya. Tanpa koordinasi yang solid, upaya bertahan hidup menjadi jauh lebih sulit.
Atmosfer yang dibangun oleh game survival ini bersifat tegang, gelap, dan penuh ketidakpastian. Pemain sering kali terpaksa menjelajahi area berbahaya dengan sumber daya terbatas. Ketakutan dalam game ini muncul bukan dari hubungan antara manusia, melainkan dari ancaman luar yang konstan dan tidak terduga.
Berbeda dengan film/novel yang memusatkan horor pada psikologi manusia, game ini menggunakan:
Perbedaan suasana ini menyebabkan pengalaman horor yang dihasilkan juga berbeda. Film dan novel menimbulkan rasa takut dari tekanan batin dan kontrol emosional, sedangkan game menimbulkan rasa takut dari ancaman eksternal yang dapat menyerang kapan saja.
Penggunaan nama yang identik mungkin dapat membingungkan sebagian orang, terutama bagi mereka yang baru mengenal kedua karya tersebut. Namun, secara konteks, penggunaan judul yang sama merupakan kebetulan dan tidak menunjukkan hubungan langsung antara film/novel dan game. Kata Misery dalam film/novel menggambarkan keadaan batin yang dipenuhi keputusasaan, sementara dalam game, kata tersebut digunakan lebih sebagai identitas dunia kelam yang harus dihadapi oleh pemain.
Ada dua kali penyebutan Misery dalam bagian pembahasan ini sebagai penekanan perbedaan konteks dan sumber cerita.