Ngabrets Gaming – Pertandingan panas antara EVOS dan RRQ yang digelar dalam ajang Grand Final MPL Season terbaru, menjadi sorotan utama dunia eSports tanah air. Kemenangan paling kontroversial ini bukan hanya mengguncang jagat Mobile Legends, tapi juga memunculkan pertanyaan besar di kalangan penggemar dan analis: benarkah hasil akhir mencerminkan permainan yang adil?
Pertarungan dua raksasa eSports Indonesia ini bukan sekadar pertandingan biasa. Ini adalah benturan gengsi, sejarah, dan rivalitas yang telah lama mengakar. Namun, yang membuat laga ini berbeda dari sebelumnya adalah kekacauan yang terjadi selama dan setelah pertandingan berlangsung.
Sejak awal, publik sudah mencium adanya ketegangan yang tak biasa saat sesi draft pick. Beberapa keputusan aneh dari kedua tim memunculkan spekulasi adanya tekanan eksternal. Misalnya, EVOS membiarkan RRQ mendapatkan hero power seperti Fredrinn dan Valentina tanpa perlawanan berarti. Di sisi lain, RRQ justru membiarkan EVOS mengamankan hero seperti Beatrix dan Arlott yang terbukti menjadi senjata utama dalam laga-laga sebelumnya.
Banyak caster dan analis menyebut bahwa draft ini tampak “tidak natural”. Sebagian menilai ini strategi, sebagian lain mencium adanya kejanggalan yang belum jelas asal-usulnya. Dan dari sinilah api kontroversi mulai menyala.
Laga berjalan intens hingga memasuki game kelima — pertandingan penentu. Namun pada momen-momen krusial, penonton mulai memperhatikan adanya delay aneh yang dialami oleh pemain RRQ. Dalam satu momen, jungler RRQ terlihat membeku di jungle tanpa alasan jelas, hingga akhirnya ter-pick off dengan mudah oleh EVOS.
Komunitas langsung ramai membahas kemungkinan technical issue, bahkan ada yang menduga adanya sabotase. Salah satu clip viral menunjukkan pemain RRQ mengangkat tangan ke arah wasit, pertanda adanya masalah teknis. Namun pertandingan tetap berlanjut.
Meski EVOS akhirnya keluar sebagai juara, kemenangan paling kontroversial ini justru membuat nama mereka ramai dibicarakan bukan karena prestasi, tapi karena keraguan publik terhadap validitas hasil pertandingan.
Beberapa mantan pro player dan influencer langsung angkat bicara. Donkey, eks pemain EVOS, melalui akun TikTok-nya menyebut, “Ini kayaknya match paling aneh sepanjang sejarah MPL. Gue heran, kenapa nggak di-pause waktu ada masalah?”
Sementara itu, Jonathan Liandi dalam siaran langsungnya menilai bahwa RRQ memang sempat kehilangan momentum, tapi menyayangkan keputusan panitia yang tidak tegas dalam menangani gangguan teknis. “Kita bicara soal final, ini bukan scrim. Harusnya semua teknis beres sebelum dimulai.”
Tak hanya di Indonesia, laga ini bahkan dibahas di forum-forum internasional. Di Reddit, subforum r/MobileLegends dipenuhi komentar netizen yang mempertanyakan integritas MPL Indonesia. Bahkan ada yang menyebut bahwa pertandingan ini layak diselidiki ulang oleh Moonton sebagai penyelenggara resmi.
baca juga : “Pemantik Api DuPont Menguak Misteri di Balik Kemewahan“
Fans RRQ tampak kecewa berat. Hashtag #RRQDisabotase sempat trending di X (dulu Twitter) selama dua hari berturut-turut. Beberapa akun bahkan menuntut Moonton memberikan klarifikasi resmi dan mempublikasikan log jaringan dari pertandingan tersebut.
Sementara itu, fans EVOS terpecah dua. Ada yang membela kemenangan tim kesayangan mereka dengan menyatakan bahwa EVOS memang bermain lebih solid. Tapi tak sedikit pula yang merasa tidak puas karena kemenangan terasa ‘tidak clean’.
Dalam siaran ulang yang diunggah di YouTube resmi MPL, kolom komentar dipenuhi argumen dan perdebatan. Sebagian besar menyoroti momen-momen krusial yang dianggap menentukan jalannya pertandingan. Hal ini menunjukkan bahwa publik benar-benar menaruh perhatian besar terhadap pertandingan ini, namun dengan rasa kecewa yang dalam.
Setelah desakan publik memuncak, akhirnya pihak Moonton mengeluarkan pernyataan resmi. Dalam siaran pers mereka mengatakan bahwa tidak ditemukan indikasi sabotase atau gangguan teknis yang disengaja. “Kami sudah melakukan audit sistem dan tidak menemukan adanya kesalahan signifikan,” begitu kutipan dari pernyataan resmi.
Namun, bukannya meredakan situasi, klarifikasi ini justru memunculkan teori konspirasi baru. Banyak yang menuduh Moonton berusaha menutup-nutupi masalah agar citra turnamen tetap terlihat bersih.
Beberapa fans dan pengamat bahkan mengusulkan agar ada pihak ketiga independen yang mengaudit ulang jalannya pertandingan, demi menjaga kepercayaan publik.
Jawabannya sederhana: karena pertandingan ini melibatkan dua tim dengan basis penggemar terbesar di Indonesia, terjadi di laga paling menentukan, dan dipenuhi oleh momen-momen janggal yang tak bisa dijelaskan hanya dengan “nasib buruk”.
Kemenangan paling kontroversial ini menandai titik balik penting dalam sejarah eSports tanah air. Bukan soal siapa yang menang atau kalah, tapi bagaimana sebuah pertandingan diselenggarakan secara adil, transparan, dan menjunjung tinggi sportivitas.
Banyak pihak menilai bahwa setelah kejadian ini, standar profesionalisme dalam penyelenggaraan turnamen harus ditingkatkan. Mulai dari sistem pause yang lebih responsif, penanganan gangguan teknis yang lebih cepat, hingga peningkatan transparansi keputusan wasit.