Ngabrets Gaming – Kapan Onic kalah? Pertanyaan ini belakangan kerap mencuat di kalangan fans Mobile Legends, terutama setelah performa luar biasa yang ditunjukkan tim ini dalam berbagai turnamen besar. Di saat tim-tim lain mengalami pasang surut performa, Onic justru terus menunjukkan dominasi mutlak yang seolah tak terbendung. Dominasi ini bahkan membuat banyak pihak bertanya-tanya, apakah ada titik lemah dari tim Landak Kuning ini?
Di artikel ini, kita akan mengupas tuntas bagaimana dominasi Onic terbentuk, fakta-fakta mengejutkan di balik kemenangan beruntun mereka, serta mengulik kemungkinan—sekecil apa pun—kapan Onic bisa kalah. Artikel ini bukan hanya menyoroti performa teknis para pemain, tapi juga strategi jangka panjang yang membuat Onic jadi tim paling ditakuti di skena kompetitif Mobile Legends Indonesia dan Asia Tenggara.
Kalau bicara tentang tim esports yang berhasil menjaga konsistensi di level tertinggi, Onic adalah contoh paling sempurna saat ini. Mereka tidak hanya menang satu atau dua turnamen, tapi mendominasi musim demi musim. Dominasi ini bukanlah keberuntungan atau hasil sesaat, melainkan akumulasi dari perencanaan jangka panjang, manajemen tim yang solid, dan pemain-pemain yang luar biasa berbakat serta disiplin.
Sejak era Kairi bergabung, gaya bermain Onic mengalami transformasi besar. Dari tim yang semula agresif tapi mudah dibaca, kini berubah menjadi unit kolektif yang bermain sangat rapi dan efisien. Bahkan ketika berada dalam kondisi tertekan, Onic selalu punya jawaban. Mereka mengandalkan strategi makro yang matang dan rotasi objektif yang hampir sempurna.
Dalam beberapa musim terakhir MPL Indonesia dan M-Series internasional, Onic mencatatkan win rate yang luar biasa tinggi. Bahkan di MPL ID Season terbaru, mereka menutup regular season tanpa satu pun kekalahan, mencatatkan skor sempurna. Ini membuat para analis mulai menyamakan mereka dengan dominasi lama RRQ atau EVOS Legends pada masa jayanya.
Namun yang lebih mengejutkan bukan hanya skor kemenangan mereka, melainkan cara mereka menang. Onic tak hanya menang tipis atau memaksakan game hingga late, mereka justru menang dengan gaya meyakinkan—sering kali dalam waktu kurang dari 15 menit. Perbedaan gold, kill, bahkan jumlah turret menunjukkan betapa dominannya mereka dalam hampir setiap laga.
baca juga : “8 Hal yang Perlu Diketahui Sebelum Membeli Produk ST Dupont“
Berikut beberapa faktor yang menjelaskan mengapa dominasi Onic seolah tak bisa disentuh:
Kapan Onic kalah? Pertanyaan ini semakin sulit dijawab ketika melihat statistik dan performa tim yang terus stabil. Namun, dalam dunia kompetitif, tidak ada yang abadi. Berikut adalah beberapa skenario yang mungkin bisa menggoyahkan kekuatan Onic:
Tak bisa dimungkiri, dominasi Onic membuat banyak fans senang sekaligus bosan. Di satu sisi, fans Onic bangga dengan pencapaian tim kebanggaan mereka. Namun di sisi lain, fans netral bahkan mulai merindukan persaingan yang lebih ketat. Banyak yang mulai bertanya-tanya, “Kapan Onic kalah?”, karena ingin melihat pertandingan yang lebih menegangkan dan tidak mudah ditebak hasilnya.
Media sosial pun dipenuhi spekulasi, teori strategi, dan prediksi mengenai titik kelemahan Onic. Banyak juga content creator yang membuat konten simulasi kekalahan Onic hanya untuk menghibur fans yang penasaran.
Dari sudut pandang esports profesional, dominasi panjang seperti ini bisa jadi pedang bermata dua. Di satu sisi, Onic memberi standar tinggi bagi semua tim. Tapi di sisi lain, kompetisi bisa terasa berat sebelah. Oleh karena itu, tim-tim lain harus menjadikan Onic sebagai motivasi untuk berbenah, bukan hanya sebagai musuh yang sulit dikalahkan.