Ngabrets Gaming – Hero Ini Dibilang ‘Nggak Guna’, Tapi Pro Player Malah Spam!—kalimat yang belakangan ini ramai dibicarakan di komunitas Mobile Legends. Dalam dunia yang selalu berubah lewat update patch, buff, dan nerf, persepsi pemain terhadap hero tertentu bisa sangat berbeda. Yang mengejutkan, justru hero yang dianggap “lemah” oleh kebanyakan player ranked malah jadi langganan pick dan ban di turnamen besar. Kok bisa?
Fenomena ini bukan hal baru dalam dunia MOBA, tapi tetap menarik untuk dikupas. Mengapa hero yang sering diolok-olok di tier Epic atau Legend, justru jadi andalan di tangan pro player? Yuk, kita bahas alasannya lebih dalam.
Ketika banyak pemain mengatakan bahwa hero tertentu “nggak guna”, seringkali itu datang dari kurangnya pemahaman terhadap mekanik hero tersebut. Contoh nyatanya adalah Faramis sebelum di-revamp. Banyak yang bilang ultimate-nya membingungkan dan sulit dipakai. Tapi saat M4 World Championship, Faramis jadi salah satu hero paling diperebutkan.
Stigma ini juga bisa terjadi karena hero tersebut tidak cocok untuk gaya main solo queue yang lebih individualis. Hero seperti Mathilda atau Estes, yang sangat mengandalkan kerja tim, sering dianggap tidak efektif padahal justru sangat OP di skena turnamen.
Beberapa contoh hero yang sempat dicap “nggak guna” tapi ternyata sering di-spam oleh pro player antara lain:
Dulu dianggap hanya jadi “penumpang”, Angela kini menjadi salah satu hero support yang sangat meta. Pro player tahu betul timing untuk masuk menggunakan ultimate-nya, serta kombinasi skill yang efektif untuk crowd control.
Tank satu ini sering diremehkan karena mobilitasnya yang lambat. Tapi di scene kompetitif, Hylos sangat efektif dalam mengontrol area, terutama dengan ultimate-nya yang memperlambat musuh. Belum lagi sustain-nya yang luar biasa saat team fight.
Di ranked match, banyak yang lebih memilih tank dengan damage burst seperti Grock atau Fredrinn. Tapi pro player justru suka Baxia karena kemampuan anti-regen dan rotasinya yang cepat.
baca juga : “Elegansi dalam Genggaman Pesona Barang Kulit ST Dupont“
Inilah faktor kunci mengapa Hero Ini Dibilang ‘Nggak Guna’, Tapi Pro Player Malah Spam! Dalam ranked, pemain cenderung lebih egois dan bermain untuk kill. Sebaliknya, di turnamen, segalanya serba terorganisir: rotasi, backup, inisiasi, hingga zoning.
Hero seperti Diggie misalnya, sering dikira “troll pick” di ranked. Tapi di turnamen besar, Diggie adalah kunci melawan hero-hero crowd control berat. Pro player menggunakan time journey-nya untuk menyelamatkan seluruh tim dari inisiasi lawan.
Kadang buff kecil pada patch note tidak dilirik oleh publik umum, tapi diperhatikan secara serius oleh pro player dan analis tim. Misalnya, saat Valentina mendapat sedikit peningkatan cooldown reduction, hanya sedikit yang menyadari dampaknya. Tapi pro player langsung memanfaatkannya untuk mengambil ultimate lawan lebih sering.
Hal serupa terjadi pada Yin. Setelah rework kecil, Yin jarang di-pick di ranked karena dianggap sulit digunakan. Namun saat pro player menguasainya, Yin bisa menculik core musuh dengan sangat efektif.
Meta di rank sering stagnan karena pemain hanya mengikuti tren atau video dari influencer. Sebaliknya, meta turnamen terus berubah karena adanya strategi rahasia, latihan intensif, dan analisa lawan. Hero seperti Popol & Kupa, Belerick, atau bahkan Hanzo, pernah muncul secara mengejutkan di match pro, padahal di ranked hampir tak pernah terlihat.
Tim profesional juga punya coach dan analis yang rutin melakukan scrim dan eksperimen. Dari sinilah muncul taktik baru yang membuat hero-hero underrated tiba-tiba jadi meta. Ini sekali lagi membuktikan bahwa Hero Ini Dibilang ‘Nggak Guna’, Tapi Pro Player Malah Spam!
Banyak hero yang kelihatannya biasa saja, tapi berubah jadi mesin pembunuh ketika dimainkan oleh tangan yang tepat. Harith, misalnya, sangat sulit dimainkan oleh pemula karena timing dan positioning-nya yang rumit. Tapi saat dipegang oleh midlaner berpengalaman, Harith bisa membalikkan keadaan dalam sekali combo.
Pro player menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk menguasai satu hero. Mereka tahu batas cooldown, timing flicker, bahkan reaksi musuh terhadap bait. Hal ini yang tidak dimiliki oleh pemain biasa, sehingga persepsi hero-nya pun jadi sangat berbeda.
Setiap update patch bisa mengubah kekuatan hero secara drastis. Kadang perubahan ini belum terasa dalam publik, tapi pro player langsung mengantisipasinya. Misalnya, setelah Revamp emblem system, banyak hero burst seperti Karina dan Saber jadi lebih kuat. Tapi hanya sedikit pemain yang langsung beradaptasi. Pro player sudah mencobanya jauh-jauh hari melalui custom scrim dan analisa.
Inilah yang membuat publik merasa heran: “Kok hero itu di-spam sih di turnamen? Di ranked mah biasa aja.” Jawabannya adalah mereka lebih cepat adaptasi.
Tidak ada salahnya mencoba. Tapi penting untuk pahami konteks: apakah hero tersebut cocok untuk tim kamu? Apakah kamu sudah paham power spike-nya? Apakah kamu main solo atau tim? Jangan hanya ikut-ikutan meta, tapi juga pelajari cara mainnya.
Jika kamu tertarik belajar, tonton replay dari turnamen besar atau channel pro player. Perhatikan rotasi, item build, hingga komunikasi tim mereka.
Hero Ini Dibilang ‘Nggak Guna’, Tapi Pro Player Malah Spam! adalah bukti bahwa meta itu sangat relatif dan tergantung pada konteks. Apa yang dianggap lemah di rank belum tentu jelek di turnamen. Pro player punya cara pandang berbeda karena analisis mendalam, latihan teratur, dan koordinasi tim yang solid.
Jika kamu ingin naik level dalam permainan, belajarlah dari mereka. Bukan hanya soal hero, tapi cara berpikir dan strategi bermain. Mungkin saja, hero yang kamu anggap “sampah” justru bisa jadi kunci kemenanganmu berikutnya.