Ngabrets Gaming – Industri game konsol kembali bergairah menyambut hadirnya judul baru dari Sucker Punch Productions. Setelah sukses besar dengan Ghost of Tsushima yang rilis pada 2020, kini hadir sekuelnya bertajuk Ghost of Yotei. Game eksklusif Playstation 5 (PS5) ini akan dirilis resmi pada 2 Oktober 2025 dan sudah memunculkan antusiasme tinggi.
Berdasarkan pratinjau yang dimainkan sejumlah media, Ghost of Yotei tampil lebih berani dibanding pendahulunya. Game ini menghadirkan cerita lebih personal, sistem pertarungan yang variatif, serta dunia yang
terasa hidup dan imersif. Tidak heran jika banyak pengamat menilai Ghost of Yotei berpotensi melampaui pencapaian Ghost of Tsushima di masa lalu.
Ghost of Yotei mengambil latar sekitar 400 tahun setelah invasi Mongol di kepulauan Tsushima. Sucker Punch kali ini membawa pemain ke wilayah Ezo—nama lama untuk Hokkaido.
Pemain berperan sebagai Atsu, seorang pengembara yang menarget kelompok samurai buangan bernama Yotei Six. Kelompok ini dipimpin oleh Saito, mantan elit politik Shogun yang kemudian menyingkir ke utara Jepang. Dalam alur cerita, Saito dan kelompoknya membantai keluarga Atsu ketika ia masih kecil, meninggalkan dendam yang menjadi pendorong utama perjalanan sang tokoh utama.
Berbeda dengan Jin Sakai dalam Tsushima yang berangkat sebagai ksatria muda, Atsu digambarkan sebagai sosok matang yang sudah banyak makan asam garam peperangan. Ia bahkan pernah terlibat langsung dalam Pertempuran Sekigahara pada awal abad ke-17 yang menjadi titik lahirnya Keshogunan Tokugawa. Sejak awal permainan, Atsu sudah membawa reputasi sebagai “Onry”, arwah pendendam yang melegenda dalam kisah feodal Jepang.
Salah satu pembeda Ghost of Yotei dibanding Tsushima adalah kehadiran karakter pendukung yang lebih beragam. Sepanjang perjalanannya, Atsu bertemu banyak tokoh dengan luka mendalam akibat kekejaman Yotei Six.
Kehadiran para sekutu inilah yang kemudian membentuk kelompok Wolf Pack. Mereka bukan sekadar pelengkap cerita, tetapi juga bagian penting dalam perjalanan emosional Atsu. Melalui interaksi dengan Wolf Pack, pemain akan melihat sisi manusiawi Atsu, di mana ia perlahan keluar dari bayang-bayang legenda Onry dan menemukan jalannya menuju penyembuhan.
Sucker Punch memberikan perhatian besar pada mekanisme pertarungan. Jika di Tsushima pemain hanya mengandalkan variasi gaya pedang dan perlengkapan ninja, maka Ghost of Yotei menghadirkan lebih banyak pilihan senjata.
Atsu bisa menggunakan katana, tombak yari, hingga kusarigama (celurit berantai). Transisi antar senjata berlangsung mulus, membuat setiap pertempuran terasa dinamis. Pemain pun ditantang untuk mengekspresikan gaya bertarungnya sendiri sesuai situasi, sehingga tidak ada duel yang terasa sama.
Inovasi ini menjadikan pertarungan lebih variatif, penuh strategi, dan selalu menantang.
Baca Juga : “Dupont x Romeo Julieta Lebih Dari Sekadar Kolaborasi“
Seperti Ghost of Tsushima, Ghost of Yotei tetap mempertahankan nuansa sinematik ala film klasik Akira Kurosawa. Namun, kali ini kualitas visual meningkat drastis berkat dukungan teknologi grafis PS5.
Detail alam divisualkan dengan tingkat realisme tinggi: dedaunan gingko yang beterbangan, butiran salju menumpuk di lereng Gunung Yotei, hingga cahaya matahari yang menembus rumpun bambu. Setiap adegan terasa seperti potongan film dengan presisi fotografis.
Tidak hanya itu, Ghost of Yotei menghadirkan mode sinematik baru. Mode Takahashi Miike menampilkan brutalitas pertarungan dengan efek darah realistis, sementara mode Shinichirō Watanabe menghadirkan nuansa anime modern dengan iringan musik lo-fi ala Samurai Champloo. Perpaduan dua mode ini membuat pengalaman bermain serasa menjembatani dunia film samurai klasik dengan anime kontemporer.
Ketika rilis pada 2020, Ghost of Tsushima berhasil meraih dua penghargaan di ajang The Game Awards: Art Direction dan Player’s Choice. Namun, kala itu dominasi Tsushima sedikit terhalang oleh The Last of Us Part II yang menjadi pesaing utama.
Berbeda dengan situasi tersebut, Ghost of Yotei berpeluang tampil sebagai bintang utama di ajang The Game Awards 2025. Absennya judul besar lain di tahun ini membuat banyak pihak menilai Yotei bisa mendominasi penuh kategori penting, termasuk kemungkinan besar untuk menyabet gelar Game of the Year.
Walau menghadirkan tokoh utama baru, Ghost of Yotei tetap membawa nuansa nostalgia yang kuat. Lanskap Jepang, pendekatan sinematik, hingga atmosfer pertempuran khas samurai masih dipertahankan.
Inovasi pada cerita, karakter, dan gameplay justru membuat sekuel ini semakin segar. Banyak gamer menganggap kombinasi nostalgia dan terobosan baru inilah yang menjadikan Yotei sangat dinantikan.